Selasa, 11 November 2008

job desk dan penilaian

Empat jam lalu, selasa (11/11) sekitar pukul 22.00 Wib, redaksi jabar melakukan rapat redaksi plus. Terdiri dari, aku, yugi p, wisnoe m, mudasir, krisnadi, putu n, opik, iwa s, rahmat, radi, arip, eko, yogi, raka plus redaktur jabar army.

Materi rapat tersusun dari, budgeting berita dan pemaparan penilaian redaksi. Hasil budgeting: menugaskan follow up hl halaman 1 tentang persib dan pembangunan GOR gedebage (radi, kris, opik), demo buruh (ugi, radi), film iran paris van java (wisnoe), FFI (kris, ulum).

Dibanding anggota redaksi lain, aku dan wisnoe adalah reporter yang tidak mempunyai pos jelas. Tugas kami mengerjakan halaman metropolitan bandung atau dikenal halaman 13. Entah bagaimana ceritanya, akhirnya kami berdua seolah bertanggungjawab ada tidaknya HL halaman itu.

Selain 13, halaman metropolitan bandung terdiri dari halaman 14, 15. Ketiga halaman ini melibatkan 7 wartawan, kris (pemkot bandung), yugi (kriminal), iwa (kab bandung dan cimahi), dede (mall), adi (KBB), wisnoe dan ulum (ndak jelas asal dapat HL saja).

Meski bertugas membuat HL, tidak jarang beberapa kejadian menggeser HL by design kita berdua. Ini tidak masalah tetapi bikin kesel, kita susah2 nyari isu (tanpa bimbingan asred) eh tau2 digeser......

Kondisi tanpa pos lambat laun berimbas pada penilaian. Pada rapat redaksi plus kali ini, pertama kali aku mengetahui kriteria penilaian SINDO. Meski, aku bergabung lebih dari 11 bulan.

Penilaian setiap reporter dilakukan oleh asred n redaktur. Ada empat faktor penilaian: penulisan, produktifitas, kerjasama dan kualitas. Keempat faktor itu masing2 digolongkan dengan penilaian A (baik), B (sedang) dan C (cukup).

Berdasar pengakuan redaktur, Army, faktor penulisan dinilai dari tulisan reporter sudahkah enak dibaca, urut, logika tidak membingungkan. Produktifitas ditandai tidak bobol, tidak mangkir. Kerjasama ditandai enak dihubungi, ditelp slalu ngangkat, dsb. Kualitas akumulasi tiga faktor sebelumnya.

Dia memaparkan, penilaian kinerja yang berpengaruh pada tunjangan prestasi (maks Rp 500 ribu) ini banyak dipengaruhi subyektifitas si pemberi nilai.

Terlepas dari kelemahan itu, hasil penilaian redaksi, terutama soal kinerjaku, aku anggap kurang memuaskan. Bulan Agustus 2008, keempat nilai bertengger di level B. Penurunan terjadi pada bulan September, faktor produktifitas dinilai C, sedangkan faktor lain dinilai B.

Bisa jadi penurunan penilaian ini akibat perpindahan pos. Bulan Agustus aku ditugaskan pada pos pilkada, mengawal Hudaya. September ditugaskan di halaman metropolitan yang nota bene tidak jelas tugas dan tanggungjawabnya.

Aku berpendapat ketiadaan job desk yang jelas ini menyebabkan kebutuhan untuk aktualisasi diri tidak terpenuhi. Kondisi ini berimbas ke kinerja yang terus menurun.***

Tidak ada komentar: