Sabtu, 22 November 2008

surat(an) tak berjawab

Tulisan ini saya kirim ke salah satu redaktur di Jakarta (18/11)dan tak berjawab

******

Sugeng dalu. Mas aku Miftahul Ulum, wartawan Sindo Bali sekarang diperbantukan di Biro Jabar. Aku ate curhat ki. Critane, Senin (17/11/08) ada surat yang diberikan ke aku melalui kepala biro jabar, Denis. Isi surat lumayan mengagetkan, aku ndak diperpanjang kontrak.

Trus spontan ku tanya ma Denis dan kepala redaksi Yogi, yang saat itu ngobrol di ruangan kabiro bertiga. Apa dari Jakarta minta penilaian tentang masalah tidak diperpanjangnya kontrakku. Mereka jawab, tidak. Bahkan, mereka merekomendasikan dua wartawan Jabar lain untuk tidak diperpanjang.

Mendengar itu, aku langsung berfikir, trus apa dasar penilaian tidak diperpanjang kontrakku? Padahal sejak Juli aku sudah dipindah dari Bali ke Bandung.

Sehari sebelumnya, kita redaksi Sindo Jabar rapat dengan redaktur, Army. Saat rapat, Dia juga mengatakan tidak tahu menahu penilaian wartawan yang diperbantukan ke Jabar dari Bali. Menurut sampeyan piye lek koyo ngono?

Sekedar latar belakang, saat gabung di Sindo Bali, statusku masih kerja di harian Nusa Bali. Aku ditawari Warno dan Sunu, jarane sih enak, akhirnya aku mau. Meski sudah pasti gabung, aku tidak langsung mengundurkan diri, sampai suatu saat didesak dari Jakarta untuk segera mengundurkan. Hidup pilihan, akhirnya aku resend trus gabung.

Eh tujuh bulan lebih di Bali, Sindo Bali tidak juga terbit. Sampai akhirnya dikirimlah aku ke Bandung. Hampir empat bulan di Bandung, taunya tidak diperpanjang. Menurut petaku, rekomendasi tidak diperpanjang pasti terbit dari redaksi, hrd tinggal acc.

Sejauh ini info ini memang belum menyebar ke pihak luar. Tetapi tidak menutup kemungkinan, sebab aku harus cari perahu –maklum ngopeni bojo. Pointnya, semoga sampean bisa kasi sedikit gambaran bahkan kalo bisa solusi atas kasus iki. Segitu dulu, suwun.****

Tidak ada komentar: